Friday, July 29, 2011

ENURESIS (Tidak Berkaitan Dengan Kondisi Medis Umum)

Diagnosis features
a. Ciri-ciri dasar dari enuresis adalah buang air pada siang atau malam hari di tempat tidur atau pakaian yang berulang (kriteria A). Kebanyakan hal ini terjadi tanpa sengaja tapi adakalanya terjadi dengan sengaja.
b. Untuk memenuhi persyaratan diagnosis enuresis, buang air tersebut harus terjadi setidaknya dua kali seminggu dalam jangka waktu 3 bulan atau harus menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau memburuknya fungsi sosial, akademik (pekerjaan), dan area-area fungsi penting lainnya (kriteria B).
c. Anak harus sudah mencapai usia dimana pada usia tersebut anak seharusnya sudah bisa menahan kencing (tidak mengompol), (misalnya : usia kronologis anak setidaknya harus sudah 5 tahun, atau pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan usia mentalnya setidaknya harus sudah 5 tahun) (kriteria C).
d. Kejadian mengompol tersebut tidak berkaitan ekslusif dengan efek-efek fisiologis langsung dari zat-zat (misalnya: efek diuretik) atau kondisi medis umum (misalnya: diabetes, spina bifida, sebuah seizure disorder (gangguan serangan tiba-tiba)) (kriteria D).

Subtipe
Situasi di mana enuresis terjadi bisa berupa salah satu dari beberapa subtipe berikut:
a. Hanya pada siang hari (Nocturnal): adalah subtipe yang paling umum dan didefinisikan sebagai keluarnya urine hanya pada waktu tidur di malam hari. Kejadian mengompol umumnya terjadi pada periode sepertiga malam pertama. Adakalanya kencing terjadi selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement), dan anak mungkin mengalami mimpi yang berkaitan dengan kegiatan kencing.
b. Hanya pada siang hari (Diurnal): subtipe ini didefinisikan sebagai keluarnya urine pada saat anak belum tidur (siang hari). Enuresis diurnal lebih sering didapati pada anak perempuan daripada anak laki-laki dan sangat jarang terjadi setelah anak berusia 9 tahun. Anak-anak dengan enuresis diurnal dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok dengan “ketidakmampuan menahan buang air (urge incontinence)” memiliki enuresis dengan ciri-ciri simptom tiba-tiba ingin kencing dan ketidakstabilan detrusor pada cystometry. Kelompok yang lain dengan “penundaan kencing (voiding postponement)” secara sadar menunda keinginan kencing sampai tidak dapat ditahan lagi, penundaan ini kadang diakibatkan oleh keengganan memakai toilet karena kecemasan sosial atau karena terlalu asyik dengan aktivitas sekolah atau bermain. Kelompok yang terakhir ini mempunyai simptom-simptom gangguan perilaku tingkat tinggi. Peristiwa mengompol pada umumnya terjadi pada siang hari pada jam sekolah.
c. Nocturnal dan diurnal: Subtipe ini didefinisikan sebagai kombinasi kedua subtipe di atas.

Ciri-ciri dan gangguan-gangguan yang berkaitan
Sejumlah pemburukan yang berkaitan dengan enuresis adalah fungsi eliminasi pada aktivitas-aktivitas soial anak (misal:kemah menginap yang tidak terhindarkan) atau efeknya pada harga diri anak, tingkat pengasingan sosial oleh teman sebaya, dan kemarahan, hukuman, dan penolakan dari pihak penanggungjawab anak. Meskipun sebagian besar anak dengan enuresis tidak mengalami gangguan mental, kecenderungan munculnya simptom-sipmtom behavioral yang mengiringi lebih tinggi pada anak dengan enuresis daripada anak yang tidak mengalami enuresis. Keterlambatan perkembangan, termasuk kemampuan berbicara, berbahasa, belajar, dan keterlambatan kemampuan motorik, juga muncul pada sebagian anak dengan enuresis.Encopresis, tidur sambil berjalan, dan gangguan teror tidur (sleep terror disorder) juga mungkin muncul. Infeksi saluran kencing lebih lazim pada anak dengan enuresis, khususnya pada tipe diurnal, daripada anak-anak yang sudah bisa menahan kencing. Enuresis biasanya tetap berlangsung setelah treatment yang sesuai untuk infeksi yang berkaitan. Sejumlah faktor yang mempengaruhi telah dikemukakan, termasuk di dalamnya keterlambatan atau bahkan tidak adanya toiet training, stress psikososial, keterlambatan dalam perkembangan ritme circadian normal (normal circadian rhythms) pada produksi urine yang menyebabkan polyuria nokturnal atau abnormalitas pada kepekaan reseptor vasopressin pusat, dan menurunnya kapasitas fungsional kandung kemih dengan hiperaktivitas kandung kemih (sindrom ketidakstabilan kandung kemih).

Prevalensi
Kecenderungan terjadinya enuresis adalah sekitar 5%-10% pada anak berusia 5 tahun, 3%-5% pada anak berusia 10 tahun, dan sekitar 1% pada individu berusia 15 tahun ke atas.

Bagian
Dua tipe yang menjadi bagian enuresis dikemukakan: tipe “primer” di mana anak tidak pernah berhasil menahan kencing, dan tipe “sekunder” di mana gangguan timbul setelah sebuah periode keberhasilan menahan kencing. Menurut definisi, enuresis primer dimulai pada usia 5 tahun. Saat paling umum terjadinya serangan enuresis sekunder adalah pada usia antara 5 dan 8 tahun, tapi hal ini juga bisa terjadi kapan saja. Setelah usia 5 tahun, taraf remisi spontan adalah antara 5% dan 10% per tahun. Sebagian besar anak dengan gangguan ini dapat menahan kencing ketika remaja, tapi kira-kira sebanyak 1% kasus gangguan ini berlanjut hingga masa dewasa.

Pola Keluarga
Kira-kira sebanyak 75% anak dengan enuresis mempunyai kerabat tingkat pertama yang juga mengalami gangguan tersebut. Resiko mengalami enuresis adalah sebesar 5-7 kali lebih besar pada anak-anak dengan orangtua yang memiliki sejarah enuresis. Indeks terjadinya gangguan lebih tinggi pada anak kembar monozigot daripada kembar dizigot (dua zigot). Meskipun analisa genetis molekular mendeteksi adanya hubungan dengan beberapa kromosom, tapi tidak ada persatuan signifikan di antara hubungan interval kromosom dan tipe enuresis yang teridentifikasi.

Diagnosis Diferensial
Diagnosis enuresis tidak dikenakan pada sebuah kandung kemih neurogenik atau pada kondisi medis umum yang menyebabkan polyuria atau ingin kencing (kebelet) (misal: diabetes mellitus yang tidak diobati atau diabetes insidipus) atau infeksi saluran kencing. Meski demikian, sebuah diagnosis enuresis kompatibel dengan kondisi-kondisi seperti itu jika ketidakmampuan menahan kencing terjadi dengan teratur sebelum perkembangan kondisi medis umum atau jika tetap terjadi setelah pelaksanaan treatment yang sesuai.

Kriteria Diagnostik untuk enuresis
a. Mengompol di tempat tidur atau pakaian berulang-ulang (baik sengaja maupun tidak disegaja).
b. Perilaku ini signifikan secara klinis sebagaimana ditunjukkan dengan frekuensi sebanyak dua kali seminggu dalam waktu 3 bulan berturut-turut atau terjadinya distress yang signifikan secara klinis atau memburuknya area fungsi sosial, akademik (pekerjaan), dan area fungsi penting lainnya.
c. Usia kronologis setidaknya 5 tahun (atau tahap perkembangan yang sama).
d. Perilaku tersebut tidak berkaitan secara eksklusif dengan efek fisiologis dari zat-zat (misalnya efek diuretik) atau kondisi medis umum (misalnya: diabetes, spina bifida, sebuah gangguan serangan tiba-tiba (seizure disorder).

Sumber: DSM IV-TR

No comments:

Post a Comment