Sunday, October 23, 2011

Asertivitas

1. Definisi Perilaku Asertif
Menurut Lazarus (dalam Fensterhein & Buer, 1980;10) perilaku asertif adalah perilaku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dari setiap usaha untuk membela hak-haknya serta adanya keadaan efektif yang mendukung meliputi : 1) mengetahui hak pribadi, 2) berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak-hak tersebut dan melakukan hal itu sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Ditambahkan lagi bahwa dalam berperilaku untuk mendapatkan hak-haknya sesuai dengan adat sosial yang berlaku, tanpa menunjukkan kekerasan terhadap orang yang dihadapi.
Menurut Richard (dalam Lloyd, 1991;10) mengatakan bahwa orang yang memiliki perilaku asertif adalah mereka yang menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam dan biasanya memperhatikan sungguh-sungguh hak orang lain. Menurut Lloyd (1991;10) perilaku asertif adalah gaya wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh respek saat berinteraksi dengan orang lain dan pada umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat, tanpa meninggalkan kesopanan. Sebaliknya orang-orang nonasertif adalah mereka yang terlihat terlalu mudah mengalah (lemah), mudah tersinggung, cemas, kurang percaya diri sendiri dan sukar mengatakan masalah atau hal-hal yang diinginkan (Fensterheim & Buer, 1980;25).
Lazarus (1971;138) mendefinisikan perilaku asertif adalah perilaku dimana individu mengekspresikan perasaan (baik positif dan negative) dan pikirannya secara tegas dan bebas dengan tetap memperhatikan perasaan orang lain atau dengan kata lain mempertahankan hak sendiri tanpa mengganggu hak orang lain. Secara umum perilaku manusia dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : perilaku nonasertif (pasif), asertif (tegas), dan agresif.
Definisi lain yang dikemukakan oleh Galassi & Galassi (1977;3) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah pengungkapan secara langsung kebutuhan, keinginan dan pendapat seseorang tanpa menghukum, mangancam atau menjatuhkan orang lain. Asertif juga meliputi hak mutlak seseorang tanpa melanggar hak orang lain.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan perasaannya kepada orang lain, baik perasaan positif maupun negative tanpa menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain. Dengan kata lain perilaku asertif adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan haknya tanpa melanggar hak orang lain.

2. Perkembangan Perilaku Asertif
Menurut Burley Allen (dalam Prastut¬i. dkk, 2003), perilaku asertif sebagaimana bentuk perilaku lainnya, merupakan perilaku sebagai hasil belajar. Pengalaman awal pada masa kanak-kanak yang diterima dari orang yang penting dalam kehidupan individu (significant other), baik berupa pesan verbal maupun non verbal mempengaruhi penghargaan diri (self recognitioin) pada individu. Selain itu keyakinan – keyakinan, pikiran – pikiran dan perasaan – perasaan yang terbentuk selama fase perkembangan individu akan berperan dalam membentuk perilaku pasif, agresif, atau asertif.
Berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dialami individu dalam lingkungan sepanjang hidupnya. Tingkah laku ini berkembang secara bertahap sebagai hasil interaksi antara anak dan orang tua serta orang dewasa lain di sekitarnya.
Galassi & Galassi (1977;4) mengemukakan bahwa, “ Orang mungkin merasa ragu bagaimana dia harus mempelajari atau tidak mengembangkan kebiasaan menyatakan diri dalam situasi tertentu. Hal tersebut bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab, sebab setiap orang memiliki jawaban yang berbeda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yang meliputi hukuman, ganjaran, modeling, kesempatan untuk mengembangkan perilaku yang sesuai, standar budaya dan keyakinan pribadi, serta keyakinan akan hak mutlak sebagai individu, dimana hal inilah yang turut mendukung proses perkembangan perilaku asertif seseorang”.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu :
a. Hukuman
Orang kadang gagal untuk menjadi asertif dalam situasi – situasi tertentu karena di masa lalu dalam situasi yang sama ia merasa terhukum baik secara fisik maupun mental sehingga ia kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Hukuman demi hukuman yang terjadi berulang – ulang tersebut lama – kelamaan akan membentuk perilaku seseorang menjadi asertif, pasif, ataupun agresif.
b. Ganjaran
Perilaku asertif dapat terbentuk karena perilakunya terganjar. Perilaku yang terganjar tersebut cenderung untuk muncul kembali dalam situasi yang sama. Reinforcement (penguatan) yang diberikan dapat membuat orang merasa termotivasi untuk melakukan kembali perilaku tersebut. Pemberian penguatan yang dilakukan secara tepat dapat membentuk perilaku asertif sesorang.
c. Modeling
Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang terdekat di sekitar individu memberikan pengaruh dalam perkembangan perilaku asertifnya. Hal ini bisa di dapat orang dari hasil modeling. Modeling meliputi proses mengamati dan meniru tingkah laku dari orang-orang tersebut. Dari proses modeling inilah individu belajar untuk berperilaku asertif, nonasertif, atau agresif.
d. Kesempatan untuk mengembangkan perilaku yang sesuai
Orang bisa gagal berperilaku asertif sebab mereka tidak memiliki kesempatan di masa lalu untuk belajar cara berperilaku yang tepat. Ketika dihadapkan pada situasi – situasi yang baru, orang tidak tahu harus berperilaku seperti apa atau merasa gugup karena kurangnya pengetahuan yang dimilikinya.
e. Standar budaya dan keyakinan pribadi
Ragam budaya yang telah dipelajari seseorang dalam kelompok mereka, membuat berbeda pula cara mereka berperilaku dalam suatu situasi sosial tertentu. Dalam hal ini keyakinan pribadi orang juga mempengaruhi cara orang tersebut untuk berperilaku dalam interaksi – interaksi sosialnya. Keyakinan ini meliputi keyakinan akan hak setiap orang dalam hubungannya dengan orang lain.
f. Keyakinan akan hak mutlak sebagai individu
Orang sering gagal berperilaku asertif dalam suatu situasi karena mereka tidak yakin akan haknya dalam situasi tersebut (Galassi dan Galassi, 1977;6). Dalam hal ini orang tidak mempelajari apa yang menjadi haknya. Jika orang tidak yakin akan hak yang dimilikinya dan tidak memahami pula hak orang lain, kemungkinan dalam situasi yang kurang mantap orang akan sulit berperilaku asertif.
Salah satu catatan penting yang dikemukakan oleh Galassi & Galassi mengenai perkembangan perilaku asertif yaitu bahwa “perkembangan perilaku asertif antara satu orang dengan orang lainnya tidak selalu sama” (Galassi dan Galassi, 1977;4). Orang dapat berperilaku asertif maupun tidak asertif tergantung bagaimana orang itu belajar diikuti dengan kebiasaan dalam cara berperilaku dalam situasi sosial tertentu.

3. Indikator Asertivitas
Individu dapat menunjukkan perilaku asertif, agresif, ataupun pasif dalam berhubungan dengan orang lain. Triyono (1993;28) mengemukakan ada tiga gaya dasar dalam berinteraksi dengan orang lain, yaitu : gaya tidak tegas, gaya agresif, dan gaya tegas. Hal ini sejalan dengan pandangan Galassi dan Galassi (1977;14) yang mengemukakan adanya tiga perilaku individu yaitu nonasertif, agresif, dan asertif.
Perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang baik nonasertif, agresif, maupun asertif tersebut terlihat dalam interaksi yang ditunjukkan oleh individu. Perilaku asertif berbeda dari dua perilaku yang lain yaitu nonasertif dan agresif. Galassi dan Galassi (1977;7) menggolongkan bentuk-bentuk perilaku asertif dalam tiga kategori, yaitu :
a. Pengungkapan perasaan – perasaan positif
Pengungkapan perasaan positif merupakan kemampuan seseorang untuk memberi dan menerima pujian, meminta bantuan dan pertolongan, mengungkapkan perasaan suka, cinta, dan kasih saying, mengungkapkan empati serta memulai dan terlibat dalam perbincangan.
b. Afirmasi Diri
Afirmasi diri merupakan perilaku yang menunjukkan posisi seseorang dalam suatu situasi dengan tetap menghargai orang lain. Dalam hal ini, afirmasi diri meliputi tiga perilaku, yaitu perilaku mengungkapkan hak mutlak, menolak permintaan dan mengungkapkan ketidaksetujuan.
c. Pengungkapan perasaan – perasaan negatif
Pengungkapan perasaan negatif adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan perasaan negatifnya yang berkaitan dengan mengungkapkan ketidaksenangan dan kekecewaan serta mengungkapkan kemarahan.

1 comment:

  1. itu yang dari galassi (1977:3) apakah anda punya filenya ? saya butuh untuk skripsi saya. jika anda bisa membantu tolong kirimkan via email dedemaiaa@yahoo.com
    terimakasih..

    ReplyDelete