Friday, July 29, 2011

ENURESIS (Tidak Berkaitan Dengan Kondisi Medis Umum)

Diagnosis features
a. Ciri-ciri dasar dari enuresis adalah buang air pada siang atau malam hari di tempat tidur atau pakaian yang berulang (kriteria A). Kebanyakan hal ini terjadi tanpa sengaja tapi adakalanya terjadi dengan sengaja.
b. Untuk memenuhi persyaratan diagnosis enuresis, buang air tersebut harus terjadi setidaknya dua kali seminggu dalam jangka waktu 3 bulan atau harus menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau memburuknya fungsi sosial, akademik (pekerjaan), dan area-area fungsi penting lainnya (kriteria B).
c. Anak harus sudah mencapai usia dimana pada usia tersebut anak seharusnya sudah bisa menahan kencing (tidak mengompol), (misalnya : usia kronologis anak setidaknya harus sudah 5 tahun, atau pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan usia mentalnya setidaknya harus sudah 5 tahun) (kriteria C).
d. Kejadian mengompol tersebut tidak berkaitan ekslusif dengan efek-efek fisiologis langsung dari zat-zat (misalnya: efek diuretik) atau kondisi medis umum (misalnya: diabetes, spina bifida, sebuah seizure disorder (gangguan serangan tiba-tiba)) (kriteria D).

Subtipe
Situasi di mana enuresis terjadi bisa berupa salah satu dari beberapa subtipe berikut:
a. Hanya pada siang hari (Nocturnal): adalah subtipe yang paling umum dan didefinisikan sebagai keluarnya urine hanya pada waktu tidur di malam hari. Kejadian mengompol umumnya terjadi pada periode sepertiga malam pertama. Adakalanya kencing terjadi selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement), dan anak mungkin mengalami mimpi yang berkaitan dengan kegiatan kencing.
b. Hanya pada siang hari (Diurnal): subtipe ini didefinisikan sebagai keluarnya urine pada saat anak belum tidur (siang hari). Enuresis diurnal lebih sering didapati pada anak perempuan daripada anak laki-laki dan sangat jarang terjadi setelah anak berusia 9 tahun. Anak-anak dengan enuresis diurnal dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok dengan “ketidakmampuan menahan buang air (urge incontinence)” memiliki enuresis dengan ciri-ciri simptom tiba-tiba ingin kencing dan ketidakstabilan detrusor pada cystometry. Kelompok yang lain dengan “penundaan kencing (voiding postponement)” secara sadar menunda keinginan kencing sampai tidak dapat ditahan lagi, penundaan ini kadang diakibatkan oleh keengganan memakai toilet karena kecemasan sosial atau karena terlalu asyik dengan aktivitas sekolah atau bermain. Kelompok yang terakhir ini mempunyai simptom-simptom gangguan perilaku tingkat tinggi. Peristiwa mengompol pada umumnya terjadi pada siang hari pada jam sekolah.
c. Nocturnal dan diurnal: Subtipe ini didefinisikan sebagai kombinasi kedua subtipe di atas.

Ciri-ciri dan gangguan-gangguan yang berkaitan
Sejumlah pemburukan yang berkaitan dengan enuresis adalah fungsi eliminasi pada aktivitas-aktivitas soial anak (misal:kemah menginap yang tidak terhindarkan) atau efeknya pada harga diri anak, tingkat pengasingan sosial oleh teman sebaya, dan kemarahan, hukuman, dan penolakan dari pihak penanggungjawab anak. Meskipun sebagian besar anak dengan enuresis tidak mengalami gangguan mental, kecenderungan munculnya simptom-sipmtom behavioral yang mengiringi lebih tinggi pada anak dengan enuresis daripada anak yang tidak mengalami enuresis. Keterlambatan perkembangan, termasuk kemampuan berbicara, berbahasa, belajar, dan keterlambatan kemampuan motorik, juga muncul pada sebagian anak dengan enuresis.Encopresis, tidur sambil berjalan, dan gangguan teror tidur (sleep terror disorder) juga mungkin muncul. Infeksi saluran kencing lebih lazim pada anak dengan enuresis, khususnya pada tipe diurnal, daripada anak-anak yang sudah bisa menahan kencing. Enuresis biasanya tetap berlangsung setelah treatment yang sesuai untuk infeksi yang berkaitan. Sejumlah faktor yang mempengaruhi telah dikemukakan, termasuk di dalamnya keterlambatan atau bahkan tidak adanya toiet training, stress psikososial, keterlambatan dalam perkembangan ritme circadian normal (normal circadian rhythms) pada produksi urine yang menyebabkan polyuria nokturnal atau abnormalitas pada kepekaan reseptor vasopressin pusat, dan menurunnya kapasitas fungsional kandung kemih dengan hiperaktivitas kandung kemih (sindrom ketidakstabilan kandung kemih).

Prevalensi
Kecenderungan terjadinya enuresis adalah sekitar 5%-10% pada anak berusia 5 tahun, 3%-5% pada anak berusia 10 tahun, dan sekitar 1% pada individu berusia 15 tahun ke atas.

Bagian
Dua tipe yang menjadi bagian enuresis dikemukakan: tipe “primer” di mana anak tidak pernah berhasil menahan kencing, dan tipe “sekunder” di mana gangguan timbul setelah sebuah periode keberhasilan menahan kencing. Menurut definisi, enuresis primer dimulai pada usia 5 tahun. Saat paling umum terjadinya serangan enuresis sekunder adalah pada usia antara 5 dan 8 tahun, tapi hal ini juga bisa terjadi kapan saja. Setelah usia 5 tahun, taraf remisi spontan adalah antara 5% dan 10% per tahun. Sebagian besar anak dengan gangguan ini dapat menahan kencing ketika remaja, tapi kira-kira sebanyak 1% kasus gangguan ini berlanjut hingga masa dewasa.

Pola Keluarga
Kira-kira sebanyak 75% anak dengan enuresis mempunyai kerabat tingkat pertama yang juga mengalami gangguan tersebut. Resiko mengalami enuresis adalah sebesar 5-7 kali lebih besar pada anak-anak dengan orangtua yang memiliki sejarah enuresis. Indeks terjadinya gangguan lebih tinggi pada anak kembar monozigot daripada kembar dizigot (dua zigot). Meskipun analisa genetis molekular mendeteksi adanya hubungan dengan beberapa kromosom, tapi tidak ada persatuan signifikan di antara hubungan interval kromosom dan tipe enuresis yang teridentifikasi.

Diagnosis Diferensial
Diagnosis enuresis tidak dikenakan pada sebuah kandung kemih neurogenik atau pada kondisi medis umum yang menyebabkan polyuria atau ingin kencing (kebelet) (misal: diabetes mellitus yang tidak diobati atau diabetes insidipus) atau infeksi saluran kencing. Meski demikian, sebuah diagnosis enuresis kompatibel dengan kondisi-kondisi seperti itu jika ketidakmampuan menahan kencing terjadi dengan teratur sebelum perkembangan kondisi medis umum atau jika tetap terjadi setelah pelaksanaan treatment yang sesuai.

Kriteria Diagnostik untuk enuresis
a. Mengompol di tempat tidur atau pakaian berulang-ulang (baik sengaja maupun tidak disegaja).
b. Perilaku ini signifikan secara klinis sebagaimana ditunjukkan dengan frekuensi sebanyak dua kali seminggu dalam waktu 3 bulan berturut-turut atau terjadinya distress yang signifikan secara klinis atau memburuknya area fungsi sosial, akademik (pekerjaan), dan area fungsi penting lainnya.
c. Usia kronologis setidaknya 5 tahun (atau tahap perkembangan yang sama).
d. Perilaku tersebut tidak berkaitan secara eksklusif dengan efek fisiologis dari zat-zat (misalnya efek diuretik) atau kondisi medis umum (misalnya: diabetes, spina bifida, sebuah gangguan serangan tiba-tiba (seizure disorder).

Sumber: DSM IV-TR

Tuesday, July 19, 2011

GANGGUAN SEKSUAL PADA ANAK DAN REMAJA

Dalam bahan yang kami miliki tentang gangguan seksual, tak ada yang membahas gangguan seksual yang terjadi pada anak dan remaja secara khusus. Maka dari itu, untuk menemukan bahan tentang gangguan seksual pada anak dan remaja, kami membaca uraian pada masing-masing gangguan dan melihat gangguan manakah yang disebutkan diperkirakan muncul pada masa kanak-kanak atau remaja.

A. Macam-macam gangguan seksual pada anak dan remaja

1. Gangguan identitas gender (gender identity disorder / GID)
Definisinya adalah terjadinya konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya. Gangguan ini dapat bermula ketika masih pada masa kanak-kanak. Anak-anak dengan gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber distress yang terus menerus dan intensif. Diagnosis ini diterapkan pada anak-anak yang secara kuat menolak sifat anatomi mereka (contoh: anak laki-laki yang menolak testis mereka).
Gangguan ini bisa berakhir atau berkurang pada masa remaja ketika anak lebih dapat menerima identitas gender mereka. Atau bisa juga tetap bertahan pada masa remaja atau dewasa dan menyebabkan identitas transeksual.
Berikut ini adalah ciri-ciri klinis gangguan identitas gender :
a. Untuk diagnosis apakah seorang anak mengalami gangguan identitas gender atau tidak, perhatikan ciri berikut :
Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya (atau kepercayaan bahwa dia adalah bagian dari gender lain)
Preferensi untuk mengenakan pakaian yang mereupakan stereotipikal dari gender lainnya
Adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi anggota dari gender lain, atau asumsi memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender lain dalam permainan ”pura-pura”.
Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dan permainan yang merupakan stereotip dari gender lainnya.
Preferensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lainnya.
b. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau dengan perilaku dari peran gendernya. Misal, anak mengutarakan bahwa alat genital mereka menjijikkan.
c. Tidak ada kondisi ”interseks”, seperti anatomi seksual yang ambigu, ciri-ciri tersebut menyebabkan distress yang serius atau hendaya pada area penting yang terkait dengan pekerjaan, sosila atau fungsi lainnya.

2. Parafilia
 Tipe Fetishisme
Fetishisme adalah ketergantungan kepada benda-benda mati untuk menimbulkan gairah seksual.
Kriteria fetishisme dalam DSM-IV-TR :
 Berulang, intens, dan terjdi dalam kurun waktu setidaknya 6 bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual berkaitan dengan penggunaan benda-benda mati
 Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial dalam pekerjaan
 Benda-benda yang menimbulkan gairah seksual tidak terbatas pada bagian pakaian perempuan yang dikenakannya sebagai lawan jenis atau alat-alat yang dirancang untuk menstimulasi alat kelamin secara fisik.

Gangguan tersebut biasanya berawal pada masa remaja meskipun fetis dapat memperoleh keistimewaannya pada masa lebih awal, yaitu masa kanak-kanak. Fetishis sering mengidap parafilia lain seperti sadisme, pedofilia dan masokisme.
Salah satu jenis fetishisme adalah fetishisme transvestik, yaitu seorang laki-laki mengalami gairah seksual ketika memakai pakaian perempuan meski ia tetap merasa sebagai laki-laki.
Kriteria fetishisme transvestik :
 Berulang, intens dan terjadi selama periode setidaknya 6 bulan pada laki-laki heteroseksual, fantasi, dorongan atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan memakai pakaian lawan jenis
 Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan
 Dapat berhubungan dengan distoria gender dalam kadar tertentu (merasa tidak nyaman dengan identitas gendernya

Fetishisme transvestik biasanya diawali dengan separuh memakai pakaian lawan jenis di masa kanak-kanak atau remaja. Para transverstik adalah heteroseksual, selalu laki-laki dan secara umum hanya memakai pakaian lawan jenis secara episodik, bukan secara rutin.

 Tipe Voyeurisme
Voyeurisme adalah kondisi di mana seseorang memiliki preferensi tinggi untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual di mana obyeknya tidak menduga bahwa dirinya sedang diobservasi. Orang yang melakukan voyeurisme biasanya tidak menginginkan aktivitas seksual dengan orang yang diobservasinya. Elemen resiko tampaknya penting karena voyeur merasa bergairah dengan kemungkinan reaksi si perempuan yang diintipnya jika mengetahuinya. Voyeurisme umumya berawal di masa remaja.

 Tipe Froterisme
Froteurisme adalah gangguan yang berkaitan dengan melakukan sentuhan yang berorientasi seksual pada bagian tubuh seseorang yang tidak menaruh curiga akan terjadinya hal itu. Belum pernah diteliti secara sangat ekstensif, namun ditengarai dimulai ketika masa remaja.


B. Penyebab
1. Gangguan identitas gender (GIG)
 Tidak ada seorangpun mengetahui pasti penyebab gangguan identitas gender.
 Teoritikus psikodinamika menunjuk pada kedekatan hubungan ibu-anak laki-laki yang sangat ekstrem, hubungan yang renggang antara ibu dan ayah, dan ayah yang tidak ada atau jauh dari anaknya. Faktor-faktor keluarga ini dapat menjadi penyebab munculnya identifikasi yang kuat terhadap ibu dari para pria muda, mengakibatkan pembalikan identitas dan peran gender yang diharapkan.
 Teoretikus belajar menekankan pada ketidakhadiran ayah dalam kasus anak laki-laki – pada ketiadaan tokoh panutan laki-laki yang kuat.
 Predisposisi biologis : ketidak seimbangan hormonal di masa-masa prenatal. Otak dapat terdiferensiasikan pada identitas gender tertentu di satu arah sementara alat genital berkembang ke yang lain.
 Identitas gender dipengaruhi oleh hormon. Hormon seks yang dikonsumsi oleh ibu semasa hamil tampaknya memang menimbulkan minat dan perilaku lintas gender dalam tingkat yang lebih tinggi dari normal.

2. Parafilia
 Teoritikus psikodinamika melihat parafilia sebagai pertahanan terhadap kecemasan kastrasi yang tersisa dari periode Oedipal. Orang yang mengalami kelainan parafilia ini kemungkinan menghindar dari ancaman kecemasan kastrasi dengan memindahkan rangsangan seksual pada aktifitas yang lebih aman – contoh : pakaian dalam, anak-anak, dll.
 Fetishisme tansvetik : dengan melindungi penisnya di dalam pakaian dalam wanita, pria dengan gangguan ini melakukan tindakan simbolis bahwa wanita tidak memiliki penis dengan secara tidak sadar memberikan bukti atas keselamatan wanita (dan dirinya sendiri).
 Teoritikus belajar menghubungkan parafilia dengan conditioning dan observational learning dalam hal seksual. Misalnya, anak yang masturbasi sambil memandang stoking ibunya di jemuran mungkin bisa mengembangkan fetish terhadap stoking.
 Ada pemikiran bahwa voyeur merasa sulit untuk melakukan hubungan seksual secara langsung dengan orang lain, mungkin karena tidak terampil dalam hubungan seksual, tindakan mengintip yang mereka lakukan berfungsi sebagai pemuasan pengganti dan kemungkinan memberikan perasaan berkuasa atas orang yang diintipnya

C. Penanganan
1. Gangguan Identitas Gender
Ada dua tipe intervensi yang dapat dilakukan, yaitu mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologis individu, atau mengubah psikologis agar sesuai dengan tubuh orang yang bersangkutan.
 Orang yang yang mengalami GID yang mengikuti program yang mencakup perubahan tubuh umumnya diminta untuk menjalani selama 6-12 bulan dan hidup sesuai dengan gender yang diinginkan.
 Perubahan tubuh yang dilakukan pada individu yang ingin menyesuaikan tubuhnya dengan psikologisnya bisa berupa perubahan-perubahan kecil atau sampai pada perubahan tubuh menyeluruh termasuk operasi perubahan kelamin.
2. Parafilia
 Bukti menunjukkan bahwa sejumlah penanganan, terutama terapi perilaku dan terapi kognitif-behavioral (CBT) dapat membantu pelaku penyerangan seksual yang ingin mengubah perilaku mereka.
 Salah satu teknik behavioral yang digunakan untuk menangani parafilia adalah aversive conditioning. Tujuan dari penanganan ini adalah membangkitkan respon emosional negatif pada stimulus atau fantasi yang tidak tepat. Keterbatasan mendasar dari terapi inia adalah tidak dapat membantu individu untuk mendapatkan perilaku yang lebih adaptif sebagai ganti dari pola respon maladaptif.
 Salah satu variasi dari aversive conditioning adalah sensitisasi tertutup (covert sensitization) yaitu pemasangan stimulus aversif dengan perilaku bermasalah terjadi dalam imajinasi.

PETA KOGNITIF

Peta kognitif adalah adalah sebuah alat mental yang berfungsi mengkodekan dan menyederhanakan cara penyusunan lingkungan spasial kita. Penelitian pada peta kognitif telah mengukur ruang spasial yang secara luas dibatasi besarnya, seperti ruang kelas, lingkungan rumah, kota, negara, dan area geografis lainnya. Studi tentang peta kognitif juga membahas topik yang lebih besar, yaitu memori spasial. Memori spasial adalah sebuah topik yang tidak hanya membahas peta kognitif, tetapi juga membahas lokasi dari kata-kata dan objek lain pada ruang spasial. Peta mental kita juga berisi pengetahuan survei yang menghubungkan lokasi yang dapat diarahkan dengan mempelajari sebuah peta atau mengamati lingkungan secara berulang-ulang sebagaimana yang kita bayangkan, peta mental kita akan lebih akurat jika kita memperoleh informasi spasial dari peta fisik yang diorientasikan pada arah yang kita hadapi.
Setiap orang dalam mengingat suatu tempat atau keberadaan suatu benda menggunakan dua pengetahuan untuk membantunya yaitu pengetahuan rute dan pengetahuan survei. Kapasitas manusia untuk menggambarkan adalah kekuatan dari memori seperti yang terlihat pada bagian mnemonics, tetapi itu hanya esensi di dalam keseharian kita seperti ketika bekerja atau melakukan sesuatu dan perubahan di lingkungan kita. Usaha mereka untuk mempelajari dunia spatial. pengetahuan tentang rute merealisasikan jalan kecil yang digunakan untuk menemukan lokasi tertentu. Sedangkan pengetahuan survei digunakan dalam mengenali lokasi tempat yang dicarinya. Setiap tanda-tanda yang ada di sekelilingnya akan membantu menemukan tempat yang dituju. Pengetahuan survei sangat membantu dalam pembentukan peta kognitif.
Pada bagian peta kognitif ini, kita akan mempelajari bagaimana peta kognitif merepresentasikan jarak, bentuk, dan orientasi. Lalu kita akan mengetahui bagaimana kita dapat mengkonstruksi model mental dari lingkungan kita berdasarkan pada deskripsi verbal. Namun dalam mempresentasikan tersebut sering kali mengalami terjadinya penyimpangan. Kesalahan yang terjadi saat membuat tanda pada peta kognitif. Kesalahan ini adalah ditorsi sistematis dari kenyataan. Kesalahan ini merefleksikan tendensi pada dasar keputusan kita terhadap variabel yang secara umum relevan. Kita akan melihat distorsi sistematis pada jarak, bentuk, dan orientasi

Peta Kognitif dan Jarak
Sebagai contoh: Sejauh apa perpustakaan kampus kita dengan kelas dimana kuliah kognitif psikologi diajarkan? Berapa mil jarak tempat kita lahir dengan kota dimana kita tinggal sekarang? Kapan kita membuat perkiraan jarak seperti ini, estimasi kita sering dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah kota penghubung (the number of intervening cities), jarak rute jalan (road-route distance), dan kategori semantis (semantic categories).

Jumlah Kota Penghubung. Jumlah dari kota penghubung sangat mempengaruhi estimasi seseorang. Jika dua kota secara acak dikelompokkan menjadi beberapa daerah, dua kota akan terlihat lebih jauh jika dua kota tersebut terpisah oleh tiga kota penghubung antara dua kota tersebut. Dan dua kota akan terlihat lebih dekat bila tidak ada kota penghubung diantara keduanya. Jarak semakin jauh saat jarak dua kota tersebut masih harus melalui beberapa kota penghubung dibandingkan bila dua kota tersebut tanpa ada kota penghubungnya. Misalnya, saat bepergian dari malang ke Surabaya hanya butuh waktu 2 jam ini terkesan lebih dekat dibandingkan saat pernyataan diubah seperti ini, pergi ke Surabaya dari malang nanti akan melewati lawang, Pandaan, Pasuruan, Sidoarjo dan akan sampai ke Surabaya. Pernyataan kedua akan terlihat lebih lama dan jauh.

Jarak Rute Jalan. Kita berpikir dua kota secara fisik akan lebih dekat jika jalan yang menghubungkan kedua kota tersebut lurus daripada jika jalannya tidak lurus (tidak langsung). Kita dapat mengkalkulasi secara rasional dan sempurna jarak dalam bentuk jarak rute jalan daripada jarak secara langsung.

Kategori Semantik. Ketika tempat terlihat dekat secara semantik, kita percaya bahwa kedua tempat tersebut dekat secara geografis. Pada umumnya pengalaman hidup kita sesungguhnya memberitahukan kita bahwa tempat dengan fungsi yang sama sepertinya dekat satu sama lain.

Penelitian oleh stephen hirtle dan koleganya mengilustrasikan bagaimana faktor semantik mempengaruhi estimasi jarak dari suatu tempat yang berada di kota. Setelah partisipan mempelajari lokasi pada peta, dan petanya diminta kembali dan partisipan diminta mengestimasikan jarak diantara pasangan diantara dua tempat. Hasilnya menunujukkan bahwa partisipan mengestimasi sebuah tempat pada kategori yang sama lebih dekat. Misalnya gedung pengadilan diingat oleh partisipan lebih dekat dengan kantor polisi dan balai kota.
walaupun kesalahan ini membuat tanda. Pada umumnya pengalaman kehidupan kita sesungguhnya memberitahukan kita bahwa tempat dengan fungsi yang sama sepertinya dekat satu sama lain

Peta- Peta Kognitif dan Bentuk- Bentuk
Peta-peta kognitif kita tidak hanya menggambarkan jarak tetapi juga menggambarkan bentuk (dari suatu wilayah tertentu). Bentuk- bentuk tersebut begitu jelas tergambarkan dalam peta, sebagai contoh adalah sudut-sudut yang dibentuk dengan cara memotong atau menyilangkan jalan-jalan dan kurva yang menggambarkan belokan sungai. Sebuah penelitian menunjukkan adanya penyimpangan yang sistematis dimana orang cenderung untuk menggambar peta dengan bentuk yang dibuat lebih teratur daripada bentuk aslinya.
Sudut- sudut
Moar dan Bower (1983) menyatakan bahwa kita menerapkan pola “Heuristic” atau sebuah peraturan ibu jari yang sederhana. Secara umum, sebagaimana peraturan Ibu jari yang sederhana, jika dua jalan bertemu maka jalan tersebut akan membentuk sudut 90º. Menggambarkan sudut- sudut dalam peta sebagai sudut yang mendekati sudut 90º jauh lebih mudah daripada menggambarkannya sesuai dengan keadaan aslinya.


Kurva
Penelitian menunjukkan bahwa orang- orang memiliki kecenderungan untuk menggunakan “Symmetry Heuristic” dimana gambar- gambar dianggap lebih simetris dan lebih teratur daripada kondisi yang sebenarnya. Sebagai contoh, Tversky dan Schiano (1989) menunjukkan sebuah diagram yang mirip dengan peta kepada para siswanya. Di dalam diagram tersebut, sebuah kurva yang bentuknya tidak teratur dianggap sebagai sebuah sungai yang dibatasi oleh dua jalan.

Pengaturan Ruang
Sejauh ini, kita telah melihat bahwa orang- orang memiliki kecenderungan untuk membuat gambaran atau perkiraan mengenai bentuk- bentuk geografi yang lebih teratur daripada kondisi sesungguhnya. Kita kelihatannya beranggapan bahwa menyimpan versi skematis dari suatu realita jauh lebih mudah dari pada realita itu sendiri.

Peta- Peta Kognitif dan Posisi Relatif
Barbara Tversky (1981) menyatakan bahwa peta kognitif seringkali mengungkapkan dua jenis tambahan dari Heuristik. Kita biasanya menggunakan heuristic- heuristic ini pada saat kita berusaha menangkap orientasi dari gambar yang ada pada peta bayangan kita. Wilayah geografi biasanya memiliki bentuk yang tidak teratur, dan wilayah- wilayah yang menonjol (yang ditandai khusus) biasanya menyebar secara tidak teratur. Kita cenderung menggambarkan sesuatu secara lebih teratur daripada kondisi aslinya sebagaimana kita menggambarkan sudut- sudut yang terbentuk dari perpotongan jalan- jalan menjadi mendekati 90º dan menggambarkan kurva menjadi simetris. Dua jenis heuristic yang digunakan untuk menggambarkan posisi relative dari benda- benda disebut “rotation Heuristic” dan “alignment Heuristic.”
Rotation Heuristik
Menurut Rotation Heuristik, gambar/ benda yang posisinya agak miring akan diingat sebagai benda yang lebih vertikal atau lebih horizontal daripada kondisi sebenarnya.
Alignment Heuristic
Menurut Alignment Heuristic, suatu gambar akan diingat sebagai gambar yang lebih lurus/ sejajar daripada kondisi sebenarnya.
Rotation Heuristic dan Alignment Heuristic, pada awalnya mungkin kelihatan sama. Namun demikian, Rotation Heuristic melibatkan adanya pemutaran dengan model searah ataupun berlawanan dengan arah jarum jam pada sebuah garis pantai, Negara, bangunan, atau benda lain sehingga garis batasnya diarahkan ke arah vertikal ataupun horizontal. Sebaliknya, Alignment Heuristic melibatkan adanya penyejajaran sejumlah negara yang terpisah, bangunan- bangunan, ataupun benda- benda lain dalam barisan yang lurus. Namun demikian, kedua heuristic tersebut sama, sebab mereka mendorong kita untuk menciptakan peta kognitif yang teratur.

Menggunakan Deskripsi Verbal untuk Menciptakan Model Mental
Pada kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca deskripsi dari lingkungan secara khusus. Seorang teman menghubungi kita untuk memberikan petunjuk arah menuju ke rumahnya. Kita tak pernah berpergian kesana sebelumnya, dan juga kita belum membuat peta kognitif untuk merepresentasikan rutenya. Sekali lagi, kita membuat peta kognitif. Peta kognitif ini membuat kita menstimulasi aspek spasial dari lingkungan eksternal kita (rumelhart & norman, 88). Representasi ini yang menggambarkan ulang situasi yang kita peroleh dari deskripsi verbal yang disebut model mental (millis & cohen, 94). Pada bagian akhir ini kita akan mengetahui bagaimana seseorang membuat model mental berdasarkan deskripsi verbal.
Penelitian Franklin dan Tversky.
Franklin dan tversky memberikan deskripsi dari perbedaan dari 10 gambar, penggambaran lobi hotel, gedung opera, bar, dan lainnya. Setiap deskripsi menggambarkan lima objek yang ditempatkan pada posisi kenampakan yang dihubungkan pada pengamat (atas, bawah, depan, belakang, juga tampak kanan dan kiri). Setelah membaca setiap deskripsi, partisipan diinstruksikan untuk membayangkan bahwa mereka diputar untuk melihat objek yang lain. Lalu mereka diminta untuk menentukan objek yang ditempatkan pada arah tampak yang lain.
Franklin dan tversky secara khusus tertarik untuk menemukan pengaruh waktu respon berdasarkan setiap lokasi dari objek yang diteskan. Dapatkah kita membuat semua keputusan dengan sama cepatnya. Franklin dan tversky menemukan bahwa seseorang dapat menjawab dengan objek di atas atau dibawah, waktu reaksi lebih pendek untuk penilaian ini. Seseorang membutuhkan beberapa saat yang lebih lama untuk memutuskan objek mana yang di depan atau di belakang. Maka keputusan tentang objek yang ditampakkan kanan dan kiri membutuhkan waktu yang paling lama untuk diputuskan.

Kerangka kerja model spasial
Secara khusus kerangka kerja model spasial menyatakan bahwa ketika kita berada pada posisi pojok kanan atas, dimensi vertikal atau atas/bawah secara khusus sudah ada. Dimensi ini memiliki dua alasan signifikan khusus, yaitu:
1. dimensi vertikal dihubungkan dengan gravitasi. Sebuah keuntungan bahwa dua dimensi lain dibagi. Gravitasi memiliki efek asimetris yang penting pada dunia dimana kita hidup, benda jatuh ke bawah, bukan ke atas. Karena hubungannya dengan gravitasi, dimensi atas/bawah seharusnya secara khusus penting.
2. dimensi vertikal pada bagian atas badan manusia secara fisik asimetris. Yang mana kepala dan kaki sangat mudah untuk digambarkan secara terpisah dan kita tidak membingungkan diantara keduanya
Dimensi selanjutnya yang sudah adalah dimensi depan/belakang. Kita dapat melihat dan berinteraksi dengan objek didepan kita dengan lebih siap daripada dengan objek yang ada di belakang kita, memperlihatkan asimetri. Dua karakteristik ini membimbing waktu penilaian untuk dimensi depan/belakang yang cepat, walaupun tidak secepat penilaian pada dimensi atas/bawah

Dimensi terakhir yang sudah ada adalah dimensi kiri/ kanan. Kita dapat melihat objek sama baiknya baik objek tersebut berada di kanan atau di kiri. Kita membutuhkan waktu proses tambahan untuk memastikan bahwa kita tidak melakukan kesalahan ini oleh karena keputusan kanan/kiri membutuhkan waktu yang lebih lama.
Jadi kerangka kerja model spasial dari Franklin dan tversky menawarkan bahwa dimensi vertikal atas/bawah adalah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diteliti ke depannya. Dimensi depan belakang adalah sesuatu yang sangat penting kedua dan dimensi kanan/kiri adalah yang terakhir.

Penelitian selanjutnya tentang Model Mental
Model mental didorong oleh deskripsi verbal merepresentasikan orientasi dan cara pandang. Sifat lain yang penting pada model mental ini adalah tanda tempat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ferguson dan hegarty, kita akan membangun 2 tempat yang penting ketika kita mendengar atau membaca sebuah cerita. Kemudian kita menggunakan memori 2 tempat tersebut sebagai sebuah referensi, untuk menambahkan memori tentang lokasi lain pada model mental kita. Semua penelitian pada model mental menyebutkan banyak pendapat yang kuat untuk sifat dasar dari proses kognitif aktif manusia. Kita dapat memperoleh informasi dan pergi ke informasi yang telah diberikan itu, mengkonstruksi model untuk merepresentasikan pengetahuan kita.

Peta Mental
Sejauh ini kita sebagai manusia menikmati pemandangan alam semesta secara geosentri. Local egosentrik memperlihatkan bentuk geografi yaitu merupakan hasil dari bentukan yang telah dikenal lebih dahulu dan ikatan emosi yang muncul. Rumah adalah satu yang paling nyaman dunia di dalam kamus hidup seseorang. Beberapa sugesti tentang peta dimana anggapan dasar tentang realitas geografis adalah refleksi dari obyek realitas dunia dan bagian dari refleksi subyek realitas dalam anggapan tersebut.
Peta dapat digambarkan dengan menciptakan ingatan seperti keadaan sebenarnya? ini adalah bentuk representasi digambarkan dengan sangat jelas, seperti sketsa peta dan bentuk grafis yang lain, mencerminkan gambaran subyektive kita tentang realitas sebagian besar peta dipelajari dengan menggunakan distorsi sistem dan akurasi peta kognitif, seperti layaknya sistem navigasi.
Seseorang cenderung menggangap tempat tinggal atau daerah dimana dia berada menjadi pusat dalam menggambarkan peta. Ini terlihat saat murid di Amerika yang menggambar peta dunia cenderung menjadikan amerika sebgai pusat dalam peta tersebut. Begitu pula murid australia menjadikan asia dan australia sebgai pusat pada peta mereka. Selain itu tidak menggambar secara detail dikarenakan tidak ada dalam tugas (negara-negara kecil tidak detail walau ada di sekitar pusat peta mereka)



Sumber:
Solso, R.L. 2001. Cognitive Psychology. Sixth edition. Allyn & Bacon.

Commitment Phobia

Masih banyak orang di negara maju, yang menganggap penyakit gangguan psikis sebagai kelemahan. Tidak banyak yang berani mengakui, mereka sebenarnya memiliki masalah yang tidak dapat dipecahkannya sendirian. Namun di sisi lainnya, mencari pakar yang tepat untuk membantu mengobati gangguan psikis ini, pun ibaratnya bermain lotre. Karenanya, sejumlah pakar psikologi menuntut, ditetapkannya kriteria yang jelas bagi pasien dan penolong yang profesional.
Prof. Dr. Jürgen Margraf dari bagian psikologi klinik dan psikoterapi Universitas Basel di Swiss, menyebutkan, untuk diagnose adanya gangguan psikologi, paling tidak terdapat empat kriteria sebagai acuan. Pertama, apakah terasa ada gangguan? Kedua, apakah hal itu menyebabkan dampak negatif, baik dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan? Ketiga, apakah kita masih dapat mengendalikan gangguan tsb? Dan keempat, apakah reaksi kita masih dalam tahapan wajar? Jika terasa ada gangguan yang menimbulkan dampak negatif dan sulit dipecahkan sendiri, apalagi jika reaksi sudah tidak wajar lagi, itu artinya kita sudah memerlukan bantuan dokter atau pakar psikologi.
Perubahan sosial, kini memainkan peranan besar bagi munculnya gangguan psikologi. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, dalam satu dekade terakhir jumlah kasus gangguan psikologi meningkat tajam apabila dibandingkan dengan kasus di tahun 50-an. Pemicunya adalah perubahan sosial yang amat cepat, meningkatnya ancaman serta semakin longgarnya hubungan sosial, seperti semakin banyak orang yang tidak menikah, dan semakin seringnya terjadi perceraian. Dalam masyarakat yang berubah cepat, jumlah penderita fobia atau ketakutan tidak beralasan secara otomatis semakin meningkat.

Fobia
Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi.
Menurut Dokter Bambang Eko, dokter spesialis jiwa (psikiater) Rumah Sakit Jiwa Jambi, yang dimaksud dengan fobia adalah ketakutan menetap terhadap objek atau situasi yang terlihat nyata, di mana ketakutan itu bisa mencetuskan rasa khawatir berlebihan atau rasa panik dan si penderita berusaha menghindari objek tersebut. Dikatakan, fobia termasuk ke dalam penyakit gangguan kejiwaan. Penyakit ini lebih banyak di derita wanita ketimbang pria, selain itu fobia ini lebih sering terjadi pada usia remaja dibandingkan usia lainnya.
Dokter Bambang memaparkan, fobia itu dibagi atas beberapa jenis. Yang pertama, agorafobia yakni rasa takut terhadap kondisi-kondisi atau situasi tertentu. Ia mencontohkan, takut terhadap tempat yang tinggi, suatu tempat yang lapang, tempat yang sempit, tempat yang tertutup atau bisa jadi takut terhadap tempat yang gelap dan berbagai situasi lainnya.
Jenis fobia yang kedua, menurutnya, adalah fobia sosial. Fobia ini, dikatakan Bambang, adalah rasa takut terhadap suasana sosial seperti takut terhadap suasana yang ramai atau takut akan menjadi perhatian, misalnya saja takut berkunjung ke tempat-tempat pertemuan atau pergi ke suasana pesta yang pasti ramai.
Adapun jenis fobia yang ketiga, ujar Bambang, fobia khas, yakni rasa takut terhadap benda atau binatang. Fobia jenis ini paling banyak diderita pasien. Misalnya saja, takut binatang kelabang dan ular. Walaupun demikian, sambung dia, cukup banyak pula binatang lain yang menyebabkan seseorang menderita fobia ini, seperti binatang kecoa, tikus, kucing, dan berbagai binatang lainnya.

Commitment Phobia
Commitment phobia merupakan bentuk suatu ketakutan (fear) untuk menjalin suatu hubungan yang lebih erat, rasa takut tersebut muncul ketika hubungan awal terbentuk (atau sebelumnya), atau bahkan ketika hubungan tersebut sedang berkembang. Commitment phobia lebih sering terbentuk ketika individu sedang menjalin dan berkembang ke arah yang lebih serius dalam sebuah hubungan cinta. Biasanya ia terjebak dalam hubungan tersebut dalam kebimbangan emosional untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Penderita gangguan fobia komitmen sangat takut mendengar beberapa kalimat tertentu berupa komitmen bersama yang terucapkan dari pasangan cintanya, meningkatnya rasa cemas dan rasa takut ketika menghadapi beberapa situasi yang membuatnya merasa terjebak; misalnya saja memasuki tahap pernikahan, tahap pertunangan, mempunyai bayi dan sebagainya

Individu yang memiliki fobia komitmen:
• Sangat takut akan segala macam komitmen bersama pasangannya
• Takut untuk menikah
• Takut menjalin hubungan
• Takut akan perubahan hidup yang terbentuk dari hubungan dengan pasangannya
• Mempunyai hubungan cinta dengan beberapa orang sebelumnya
• Mempunyai perasaan curiga terhadap pasangannya
• Argumentatif (suka membantah)
• Menolak untuk memikirkan masa depan dan mempunyai rencana atau jadwal sendiri tanpa melibatkan pasangannya
• Tertutup, tidak suka menunjukkan muatan-muatan emosinya
• Perilaku hidup tidak teratur dan tidak siap untuk melakukan perubahan karena kebiasaan-kebiasaan sebelumnya

Simptom

Beberapa simtom yang dapat diprediksi tentang rasa takut ini adalah:

1) Kritik meningkat pada pasangannya
Penderita fobia komitment suka memberikan kritikan tajam pada pasangannya, lingkungan sekitar mereka atau pada bentuk hubungan mereka. Individu ini sering menyalahkan pasangan terhadap kesalahan-kesalahan yang menimpa dirinya

2) Mencari-cari kesalahan hubungan
Individu yang memiliki fobia komitment merasa takut bila hubungan mereka lancar tanpa ada masalah, ia akan mencari permasalahan baru untuk membawa hubungan tersebut dalam pertengkaran. Tujuannya adalah untuk meyakinkan pasangannya bahwa hubungan mereka tidak dalam keadaan baik, belum matang dan belum siap melangkah pada jenjang selanjutnya. Individu ini kadang juga mencari pelbagai alasan tertentu yang tidak rasional untuk menghindari keterikatan dengan pasangannya, misalnya ia menggunakan alasan zodiak atau shio yang tidak cocok dan sebagainya

3) Menghindari kontak dengan orang lain
Fobia komitmen sangat jarang melakukan kontak dengan orang lain, ini bukanlah mereka mengalami gangguan sosial fobia; mereka tidak ingin terikat dengan orang lain begitu erat. Mereka juga menghindari situasi sosial tertentu, mengindari kontak mata, berkenalan dengan orang baru. Individu seperti ini juga menghindari berkenalan dengan ibu atau saudara dari pasangannya

4) Mencari pasangan yang mempunyai kemungkinan kecil tidak terikat
Individu dengan fobia komitmen akan mencari pasangan yang kemungkinan kecil tidak akan mengikatnya. Ia akan memilih pasangan yang lebih muda dengan asumsi bahwa bila hubungan bisa terus bertahan maka usia pernikahan akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Atau individu ini lebih suka terlibat dengan pasangan yang sudah menikah dengan tujuan pasangan tersebut tidak akan menuntutnya dalam suatu ikatan.

5) Mengulur-ulur waktu
Individu ini menyukai hubungan yang lebih lama, ia mempunyai kesempatan untuk "bermain" lebih lama dengan pasangannya. Ia menghindari keterikatan dengan mengulur waktu lebih lama untuk memasuki babak selanjutnya. Biasanya individu seperti ini akan memberi batas waktu tertentu akan tetapi kemudian mengundurkannya untuk jangka waktu tertentu.

6) Menyukai hubungan yang putus-sambung
Individu seperti ini sangat menyukai hubungan putus-sambung, ia akan berusaha mencari masalah bahwa hubungan yang sedang dibina sedang memiliki masalah besar, memutuskan hubungan sepihak merupakan salah satu langkah yang sering ditempuh untuk menghindari hubungan yang semakin kuat. Ketika individu mulai merasakan kekosongan jiwanya, ia akan kembali berusaha untuk memperbaiki hubungan tersebut

Faktor penyebab

Beberapa penyebab kemunculan fobia komitmen:
a. Terbentuk ketika masa kecil dari keluarga percerain (divorce). Pada masa ini anak melihat dan menilai sendiri bahwa ikatan keluarga antara ayah dan ibunya mengalami hubungan yang sulit berupa pertengkaran-pertengkaran yang membuatnya merasa takut dan bernaggapan bahwa sebuah hubungan antara lawan jenis bukanlah hal menyenangkan.
b. Pengalaman trauma di masa kecil dapat berupa pelbagai kekerasan fisik, kekerasan seksual dan pangalaman trauma lainnya yang dialami sang anak yang dilakukan oleh orang dewasa
c. Kehilangan orang-orang yang dicintai. Ketika anak kehilangan salah satu atau kedua dari orangtuanya yang sangat dicintainya, anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan luka-luka emosionalnya, akibatnya ketika dewasa rasa takut kehilangan orang yang dicintainya akan terulang kembali sehingga ia akan menjaga jarak untuk tidak terlibat lebih dekat agar rasa "luka" tersebut tidak terulang kembali.
d. Pengalaman trauma yang dialami sebelumnya. Misalnya saja individu yang patah hati dengan pasangan sebelumnya membentuk dalam pikirannya untuk tidak menjalani hubungan lagi dengan siapa pun.
e. Miskin "role model" ketika masa kanak-kanak. Anak-anak akan menilai dan meniru beberapa perilaku orang yang dikenalnya ketika kepribadian anak mulai terbentuk, kurangnya contoh model yang tepat ketika masa kecil membuat anak keliru secara persepsi dalam menilai sebuah bentuk hubungan.
f. Pengalaman yang tidak menyenangkan dari pasangan orangtua tiri.


Sumber:
osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppi-india/2005-02/msg00319.html
www.jambi-independent.co.id/home/modules.php?name=News&file=article&sid=1818
www.pikirdong.org/psikologi/psi25coph.php
id.wikipedia.org/wiki/Fobia

Trancient Global Amnesia

Pendahuluan
Amnesia, mungkin kata ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak sekali film, sinetron, ataupun buku-buku fiksi yang menyisipkan cerita mengenai amnesia di dalam alur ceritanya. Biasanya diceritakan bahwa seseorang mengalami amnesia setelah mengalami kecelakaan lalu lintas atau mengalami benturan di kepalanya. Korban tidak dapat mengingat semua peristiwa yang terjadi sebelumnya, bahkan tidak dapat mengingat namanya sendiri.
Di dalam cerita-cerita tersebut, amnesia dapat bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan penderita akan dapat mengingat kembali memorinya yang hilang seiring dengan berjalannya waktu. Seperti apakah sebenarnya fenomena amnesia itu? Apakah sama seperti yang tergambar di cerita-cerita fiksi tersebut ataukah berbeda? Berikut ini penulis mencoba membahas mengenai fenomena amnesia .

Otak


Otak terdiri dari dua hemisfer, yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kanan. Kedua hemisfer ini bekerja mengikuti prinsip contralaterality di mana hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Bagian otak yang berperan pada fungsi kognitif disebut fungsi kortikal tingkat tinggi (higher brain function ).
Fungsi kortikal pertama:
• Penglihatan di kortex oksipital kiri dan kanan
• Pendengaran di kortex temporal kiri dan kanan
• Penciuman di kortex limbik frontal kiri dan kanan
• Perasa (eksteroseptif & propioseptif) di kortex parietal kiri dan kanan
• Pengecap di kortex insula kiri dan kanan
• Pergerakan di kortex motorik frontal kiri dan kanan

Pada perkembangan individual otak, khususnya hemisferium terdapat spesialisasi otak yang berbeda, yaitu perbedaan fungsi luhur otak belahan kiri (hemisfer kiri) dan kanan (hemisfer kanan).
Belahan otak kiri :
• Merupakan pusat otak yang dominan untuk berbahasa lisan dan tulisan.
• Berperan dalam proses berpikir yang logis, analitis, linier dan bertindak yang rasional.
• Diperlukan untuk kemampuan akademik di sekolah formal .
Belahan otak kanan :
• Berperan dalam pengamatan diri, pengamatan ruang, dan pengamatan lingkungan (Visuospatial).
• Berbahasa non verbal, gaya bahasa, menyanyikan lagu yang dikenal & mengenal nada lagu.
• Fungsi emosi yang berhubungan dengan visuospasial. Mengenal dan memahami orang lain dengan mimik gembira atau marah, bidang seni pahat, seni lukis, seni musik.
• Berperan dalam proses berpikir yang holistik, dimana berkaitan juga dengan fungsi emosi dan intuisi.
• Pusat berimajinasi, penting untuk kreativitas seseorang untuk berkarya.
• Berkembang dengan pengalaman formal dan non formal (pengalaman diluar sekolah).

Memori
Memori dipahami sebagai kumpulan dari kemampuan mental yang tergantung pada beberapa system dalam otak. Di sini akan dibahas secara singkat 4 sistem memori, yaitu : episodic memori, semantic memori, procedural memori, dan memori kerja. Perbedaan antar system memori tergantung pada perbedaan struktur neuroanatomical. Beberapa system dihubungkan dengan kesadaran (eksplisit) dan dengan sadar bias diulang atau dipanggil kembali (declarative), di mana lainnya diekspresikan oleh perubahan tingkah laku (implicit) dan tipe ketidaksadaran (non declarative).
Episodic memori tergantung dari lobus medial temporal (termasuk hipokampus dan kortek entorinal dan peririnal). Pada kasus disfungsi system episodic memori , kemampuan belajar informasi tidak bisa diperoleh kembali (amnesia retrograde).
Semantic memori tertuju pada penyimpanan umum konsep dan fakta pengetahuan yang tidak berhubungan dengan memori yang spesifik. Sepertihalnya episodic memori, semantic memori adalah system memori yang deklaratif dan eksplisit. Penyakit Alzheimer adalah kekacauan klinis yang paling sering terjadi pada kerusakan semantic memori.
Procedural memori ditujukan pada kemampuan untuk belajar tentang bertingkahlaku, kemampuan kognitif, dan algoritma. Penyakit Parkinson adalah kekacauan yang paling umum yang mempengaruhi procedural memori.
Memori kerja adalah kombinasi bagian tradisional dari perhatian, konsentrasi, dan memori jangka pendek. Memori kerja secara tradisional telah dibagi dalam komponen yaitu proses informasi fonologik atau informasi spasial dan system tersendiri yang menunjukkan pada sumber perhatian. Penyakit degeneratif yang dapat mengganggu fungsi dari memori kerja termasuk Alzheimer, Parkinson, dan Huntington.

Gangguan Amnestik
Gangguan amnestik (amnestic disorder) atau biasa disebut dengan amnesia didefinisikan sebagai hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu di mana kondisi ini tidak berhubungan dengan keadaan delirium atau demensia.
Gangguan amnestik seringkali mengikuti sebuah peristiwa traumatis seperti benturan keras di kepala, kejutan listrik, atau suatu operasi. Amnesia hanya terjadi selama beberapa menit atau beberapa jam (tergantung pada beratnya cedera) dan akan menghilang dengan sendirinya. Secara umum terdapat dua bentuk amnesia, yaitu amnesia retrograde dan amnesia anterograde. Pada amnesia retrograde, penderita akan mengalami ketidakmampuan memunculkan kembali ingatan masa lalu yang lebih dari peristiwa lupa biasa. Sedangkan pada amnesia anterograde, penderitanya tidak akan bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini walaupun baru berlalu sesaat.
Suatu aspek yang menarik dari amnesia adalah tidak semua jenis memori terganggu. Walaupun penderita amnesia pada umumnya tidak mampu mengingat fakta lama tentang kehidupan mereka atau untuk mempelajari fakta baru, mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengingat dan mempelajari kecakapan perceptual dan motorik.
Jenis memori yang bias terkena amnesia :
o Memori Jangka Pendek : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik sebelumnya.
o Memori Jangka Menengah : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik sampai beberapa hari sebelumnya.
o Memori Jangka Panjang : Ingatan akan peristiwa di masa lalu.

Umumnya amnesia yang terjadi adalah gangguan memori jangka pendek. Pada kelainan lobus temporalis kiri menyebabkan gangguan memori verbal (tidak ingat apa yang disebutkan) sedangkan kelainan pada lobus temporalis kanan menyebabkan gangguan memori visual (tidak ingat apa yang diperlihatkan).

Transient Global Amnesia
Transient Global Amnesia (amnesia menyeluruh sekejap) merupakan serangan lupa akan waktu, tempat dan orang yang terjadi secara mendadak dan berat.amnesia jenis seperti ini sangat jarang terjadi dan umumnya terjadi pada orang lanjut usia dengan penyakit vaskuler. Serangan berlangsung selam 30 menit sampai 12 jam atau lebih.
Pada pria, TGA lebih sering terjadi setelah adanya kejadian pemicu yang bersifat fisik. Pada wanita, TGA berhubungan dengan kejadian-kejadian pemicu yang bersifat emosional, sejarah kecemasan, atau kepribadian patologis.

Patofisiologi
Patofisiologi yang tepat pada TGA sampai saat ini masih belum jelas. Laporan pemeriksaan dengan menggunakan PET (Positron Emission Tomography), DWI (Diffusion-Weighted MRI), SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) dan MRS (MR Spectroscopy) mengindikasikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi TGA, antara lain :
 Pada PET dan DWI, selama mengalami TGA, darah yang mengalir ke area-area otak tertentu yang berkaitan dengan pemunculan kembali memori terganggu. Hal ini termasuk thalamus dan atau struktur temporal mesial.
 Hakan dkk. menemukan adanya sedikit peningkatan sinyal di dalam parahippokampal gyrus kiri dan splenium pada korpus kalosum dengan menggunakan DWI pada seorang pasiennya. Eustache dkk dengan menggunakan PET melaporkan depresi yang menyebar di dalam korteks lateral frontal kiri. Strupp dkk dengan menggunakan DWI menemukan perubahan-perubahan terutama di bagian temporal medial pada pasien-pasien dengan TGA.
 Winbeck dkk menemukan perubahan DWI akut pada pasien dengan TGA.
 Yamane dkk melaporkan difus hipoperfusi serebral pada SPECT.
 Bartsch dkk menemukan bahwa dari 7 pasien TGA, 4 di antaranya memoloki abnormalitas difusi yang berhubungan dengan lesi T2 di dalam sektor CA-1 pada hipokampus. Sedangkan pada 3 pasien lainnya, MRS menunjukkan laktat maksimum.

Sejarah Klinis
Sindrom TGA dikemukakan pertamakali oleh Morris Bender dalam Journal of the Hillside Hospital pada tahun 1956. kemudian Fisher dan Adams menulis secara khusus mengenai TGA dalam Acta Neurologica Scandinavia pada tahun 1964. sejak saat itu, TGA menjadi sindrom yang sering dibicarakan, namun etiologi sebenarnya masih belum sepenuhnya dimengerti.
 TGA secara spesifik mempengaruhi fungsi memori. Pasien dapat menyimpan informasi, namun tidak dapat memunculkan kembali memori tersebut.
 Pemicu TGA seringkali termasuk tekanan fisik, stress emosional berlebihan, rasa sakit, seksual intercourse, dan manuver Valsalva. Pemicu-pemicu ini memiliki ciri umum yaitu peningkatan venous kembali ke vena cava superior.
 Obat-obatan juga dapat memicu munculnya simptom-simptom yang sama. Misalnya, penggunaan obat sedatif-hipnotik, atau pramedikasi dengan midazolam. Alkohol berlebihan juaga dapat memperparah fenomena ini.
 Perlu dipertimbangkan juga latar belakang sosial dan keluarga pasien. Pantoni dkk menemukan bahwa pasien TGA sebagian besar memiliki anggota keluarga yang mengalami TIA (Transient Ischemic Attack).
 TGA sebagai manifestasi TIA biasanya dikenali dari perubahan tingkahlaku pasien. Pasien tampak seperti bingung, banyak bertanya mengenai apa yang dilakukan oleh dirinya.


Daftar Rujukan:
Ashcraft, Mark H. 1994. Human Memory and Cognition second edition. New York : HarperCollins College Publishers.
Atkinson, Rita L. et al. Tanpa tahun. Pengantar Psikologi edisi ke-11 Jilid 1. Interaksara.
Nevid, Jeffrey S. et al. 2005. Psikologi Abnormal edisi ke-5 jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Retnaningsih. 2008. Neurologi Update 2008: CEDERA KEPALA TRAUMATIK. (online :
Sucholeiki, Roy. 2008. Trancient Global Amnesia. online :